Panggil saja saya Ikhwan, biar lebih akrab. Usia saya, emhhh.
Ah, sudahlah teman-teman tidak perlu tahu berapa usia saya sekarang. Yang jelas sejak lama saya sudah berniat berumah tangga.
Alhamdulillah. Akhirnya saya menikah juga. Setelah penantian panjang
menyendiri, meski pun lantunan do’a selalu terpanjat disetiap ba’da
shalat, dan ikhtiar yang tak mengenal lelah.
Dulu salah satu teman saya, ada yang pernah bilang “Istriku adalah
mantan pacarku.” Tetapi tidak bagi saya. Karena saya menikah tanpa
pacaran.
Sungguh sesuatu yang tak lumrah pada masyarakat
umumnya, terkesan aneh bin ajaib. Sehingga saudara dan tetangga pada
bertanya, “Ketemu dimana, kok acaranya mendadak banget?” Tak ada yang
saya jawab satu pun pertanyaan mereka. Di rumah, saya memang tak banyak
bergaul dengan anak-anak remaja lainnya, saya lebih suka diam di rumah.
Jadi menurut mereka, mana mungkin saya buru-buru mendapatkan pendamping
hidup.
Ungkapan itu pun pernah keluar dari bibir bapak saya
sendiri, tapi saya santai saja karena saya ingin menikah tanpa pacaran.
Dan itu kini terjadi, saya menikah dengan orang yang sama sekali tidak
saya kenal sebelumnya,hanya pekenalan lewat ta'aruf, tapi mudah-mudahan
berkah. Aamiin.
Karena proses yang terbilang sangat singkat,
tanpa ada komunikasi antara saya dengan calon istri. Akhirnya setelah
resmi menikah, istri saya bingung ketika akan membuatkan minuman untuk
sarapan pagi. Dia tidak tahu apa yang saya sukai atau yang biasa saya
minum. Apakah Susu, Kopi atau teh manis? Hehe, padahal saya doyan semua.
Akhirnya pada suatu pagi, saya sarapan dengan susu, kopi, lalu teh
manis. Saya tersenyum melihat kelakuan istri saya pagi itu. Dan yang
lebih lucunya lagi menurut saya, selama kurang lebih satu bulan saya
belum bisa tidur berdekatan meskipun satu kamar, kami masih pada
malu-malu. Selama itu kami hanya ngobrol-ngobrol selayaknya orang
pacaran, meskipun sudah resmi suami-istri.
Subhanallah, seperti
itulah yang disebut nikmatnya pacaran setelah menikah. Semua obrolan
kami tidak ada yang terkesan basi, semuanya gress. Tumbuh rasa kasih
sayang yang masih sangat utuh. Sekalipun kami berpegangan tangan kami
tidak merasa risih. Toh kami sudah sah.
Nah, seperti itulah
rasanya jika menikah tanpa pacaran. Tidak ada istilah, “Istri saya
adalah mantan pacar saya.” Sekarang kita ganti dengan, “Istriku bukan
mantan pacarku.”
Sumber: Islampos
LIKE/SHARE agar kebaikan terus menyebar
Artikel ini di edit oleh PaDhydhy
kunjungi juga INI
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan Saran dan Komentarnya..
( No Spam dan Konten Dewasa )